Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP.

 Terbitnya  Undang-Undang  No.  11  Tahun  2020  tentang  Cipta  Kerja  membuat 

pemerintah semakin fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. 

Tujuan  diterbitkannya  Undang-Undang  No.  11  Tahun  2020  ini  adalah  untuk  menciptakan 

lapangan  kerja  seluas-luasnya.  Salah  satunya dengan  menciptakan  iklim  investasi  dan  proyek 

strategis  nasional.  Hal  ini  mengakibatkan pengendalian  alih  fungsi  lahan  sawah  menjadi 

lahan non sawah semakin penting, yang sejatinya sudah  sering  terjadi  dari  tahun  ke  tahun 

sebelumnya.  Disamping  itu  kebutuhan  pangan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah 

penduduk. Sehingga, persediaan pangan nasional akan  sulit  untuk  memenuhi  kebutuhan  pangan 

nasional.  Salah  satu  langkah  untuk  pemenuhan kebutuhan  pangan  nasional  adalah  dengan 

melakukan pengendalian alih fungsi lahan sawah 

ini. Atas prakarsa Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan 

Nasional  telah  terbit  Peraturan  Presiden  No.  59  Tahun  2019  tentang 

Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah. Peraturan Presiden ini menjadi payung 

hukum  pelaksanaan  pengendalian  alih  fungsi  lahan  sawah  yang  merupakan 

kerja  Tim  Terpadu  yang  dikoordinir  oleh  Menteri  Koordinator  Bidang 

Perekonomian dan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan 

Nasional sebagai Ketua Harian. 

Kementerian  Agraria  dan  Tata  Ruang/BPN  melalui  fungsi  yang  ada  dalam 

Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang mempunyai 

tugas dalam pengendalian alih fungsi lahan sawah yaitu: (1) menyiapkan data 

lahan  sawah  yang  terverifikasi  terhadap  data  pertanahan  dan  tata  ruang;  (2) 

menyiapkan  data  penetapan  Peta  Lahan  Sawah  Dilindungi  yang  telah 

terklarifikasi  ke  Pemerintah  Daerah  setempat;  (3)  melakukan  pengendalian 

integrasi Lahan Sawah Dilindungi ke dalam RTRW; (4) melakukan pemantauan 

dan  evaluasi  terhadap  alih  fungsi  yang  terjadi  pada  Lahan  Sawah  Dilindungi 

maupun Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan (5) melakukan penertiban 

terhadap  pelanggaran  alih  fungsi  lahan  sawah.  Untuk  melaksanakan  tugas 

tersebut  telah  terbit  Peraturan  Menteri  Agraria  dan  Tata  Ruang/BPN  No.  12 

Tahun  2020  tentang  Tata  Cara  Pelaksanaan  Verifikasi  Data  Lahan  Sawah 

terhadap Data Pertanahan dan Tata Ruang, Penetapan Peta Lahan Sawah yang 

Dilindungi,  dan  Pemberian  Rekomendasi  Perubahan  Penggunaan  Tanah  pada 

Lahan Sawah yang Dilindungi. 

Dalam  menjalankan  tugas  pokok  dan  fungsinya,  Direktorat  Jenderal 

Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang, Kementerian Agraria dan Tata 

Ruang  (ATR)/Badan  Pertanahan  Nasional  (BPN),  mempunyai  tugas 

merencanakan  dan  melaksanakan  kebijakan  dalam  rangka  pengendalian  alih 

fungsi lahan sawah, dan pengendalian pemanfaatan ruang secara luas. Kegiatan 

pengendalian alih fungsi lahan sawah tentunya harus didukung oleh data lahan

sawah  yang  lengkap  dan  akurat.  Dalam  rangka  penyiapan  data  lahan  sawah 

tersebut, telah dilakukan klarifikasi lahan sawah terhadap data pertanahan dan 

tata  ruang  di  8  provinsi  (Sumatera Barat, Banten,  Jawa  Barat,  Jawa  Tengah, 

Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat) pada 

Tahun 2019. Kemudian dilanjutkan klarifikasi data lahan sawah terhadap data 

pertanahan  pada  Tahun  2020  di  12  Provinsi  yaitu  Aceh,  Sumatera  Utara, 

Kepulauan Riau, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, 

Bengkulu,  Lampung,  Kalimantan  Barat,  Kalimantan  Selatan,  dan  Sulawesi 

Selatan.  Sedangkan  tahun  2021  akan  dilakukan  pada  13  provinsi  yaitu: 

Kalimantan  Tengah,  Kalimantan  Timur,  Sulawesi  Utara,  Gorontalo,  Sulawesi 

Tengah,  Sulawesi  Barat,  Sulawesi  Tenggara,  Maluku,  Maluku  Utara,  Nusa 

Tenggara  Timur,  Papua,  dan  Papua  Barat.  Untuk  selanjutnya,  kegiatan  yang 

dilakukan  adalah:  (1)  melakukan  pemantauan  dan  evaluasi  lahan  sawah 

eksisting (2) melakukan pemantauan evaluasi Lahan Sawah Dilindungi (LSD), 

dan (3) melakukan pemantauan dan evaluasi integrasi LSD ke dalam Rencana 

Tata Ruang Wilayah. 

Kegiatan  pengendalian  alih  fungsi  lahan  sawah  dilakukan  oleh  Seksi 

Pengendalian  dan  Penanganan  Sengketa  Kantor  Pertanahan,  Bidang 

Pengendalian  dan  Penanganan  Sengketa  Kantor  Wilayah  Badan  Pertanahan 

Nasional Provinsi, serta Direktorat Pengendalian Hak Tanah, Alih Fungsi Lahan, 

Kepulauan dan Wilayah Tertentu. Maka dari itu, perlu disusun petunjuk teknis 

yang  mengatur  lebih  lanjut  mengenai  pelaksanaan  pengendalian  alih  fungsi 

lahan sawah. Sehingga mampu menjadi panduan dalam pelaksanaannya dalam 

tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional.  

Semoga  Petunjuk  Teknis  ini  bermanfaat  bagi  upaya  kita  dalam  mengemban 

tugas pengendalian alih fungsi lahan sawah, dan semoga Tuhan Yang Maha Esa 

memberkati  semua  niat  baik  dan  upaya  nyata  yang  kita  lakukan  untuk 

kemajuan bangsa dan negara. 

Komentar